Happy Tuesday!! Setelah berduka cita karena nilai unas kemarin, sekarang saatnya #curhatime... :D
Well.. baru saja saya jalan-jalan di facebook. Seperti biasa, agenda hari-hari libur selalu online, online, online :D Ya, saya libur. Setelah sekian bulan pacaran dengan buku pelajaran dan buku-buku soal, akhirnya break juga. Lumayan semingguan.. :D
Kembali ke facebook, saya menemukan status teman SD yang mengabarkan bahwa dia sedang bersuka cita karena dinyatakan lulus SMP dengan nilai yang memuaskan. Saya turut bahagia lah. Pasalnya beberapa waktu yang lalu, dia mengeluhkan betapa sulitnya ia mengatur jam belajar. Saya tak heran, disekolahnya dia dikenal sebagai anak yang aktif ikut ini itu. Wajar bila kegiatannya seambrek.
Teman saya tersebut juga berharap kesuksesannya berlanjut di lain waktu. Karena saya online di handphone dan kekepoan saya sedang kambuh, saya membuka kolom komentar. Berharap menemukan angka yang ia bilang nilai memuaskan itu. Tanpa saya sangka, saya menemukan satu akun yang mengamini harapan teman saya tadi. Akun asing yang namanya cukup familier.
Setelah stalking sedikit (#sedikit kok, sumpah ._.V), saya benar-benar yakin siapa pemilik akun yang tidak berteman dengan akun saya tersebut. Dia adalah sahabat saya ketika kelas 6.
Entah dibilang bersahabat atau apalah, yang penting, saya pernah dekat dengan dia. Dia, anak produk broken home yang kata anak-anak keren. Tapi percayalah, sampai sekarang saya tak pernah menemukan titik ke-keren-annya.
Dia membuat akun baru. Saya berpresepsi demikian karena melihat jumlah temannya yang belum mencapai sepuluh orang. Dan dua diantara akun-akun yang berteman dengannya adalah sahabat-sahabat saya dulu. Jujur, seketika saya agak hancur. Seperti merasa diabaikan.
Kisahnya adalah saya pernah punya
feel sama dia. Ya.. cuma cinta monyet sih. Tapi ya.. berhubung kita pernah temenan, rasanya agak sakit juga lah...
Awalnya memang mungkin saya yang salah. Saya duluan yang menjauhinya. Dasarnya karena sahabat saya yang cewek juga suka dengan dia. Merasa bersalah karena sahabat saya yang duluan menyukainya, saya mengalah. Perlahan, saya lupakan dia. Untungnya, kami tak lagi berada di satu sekolah. Setidaknya misi saya untuk
move on akan lebih cepat terealisasi.
Suatu hari, disaat saya sudah cukup bisa menghilangkan
feel saya terhadapnya, saya menemukan status si keren yang tak pernah saya anggap keren ini. Saya yang masih menganggap diri saya sebagai temannya, menebar jempol di statusnya. Dan sepertinya tanpa sengaja, link suka di salah satu foto yang dia upload saat itu ter-klik mouse saya.
Sorenya, saya mendapat chat dari sahabat saya yang juga suka dengan si keren ini. Awalnya kami hanya basa-basi. Menanyakan kabar dan bergurau, tapi ujung-ujungnya dia membahas kegiatan tebar jempol di status si keren. Saya menangkap kecemburuan dalam pesan-pesan yang ia kirim pada saya. Ketika saya menyinggungnya, dengan tegas ia mengelak. Yaiyalah, cewek mana yang baru menjadikan cowok sebagai gebetannya mau ngaku kalau cemburu? Dan saya paham betul soal itu. Semenjak itu, saya tak pernah bereaksi ketika menemukan status-status facebook si keren. Saya hanya tak mau membuat sahabat saya cemburu. Bahkan ketika cowok satu ini mengirim pesan pada saya di facebook, saya menjawab dengan acuh tak acuh. Yang saya lakukan semata-mata untuk menjaga perasaan sahabat saya.
Ya.. saya memang tak tahu pasti apa yang ia pikirkan tentang saya. Yang terpenting, saya benar-benar sudah nggak ada
feel lagi dengannya. Saya hanya menganggap dia teman saya. Terserah dia mau anggap saya apa.
Tapi ya.. merasa diabaikan jauh lebih menyakitkan daripada mengetahui dia nggak punya
feel yang sama dengan kita.
But I think, hubungan yang merenggang seperti ini jauh lebih baik. Meskipun saya tak mendapat keduanya, Tuhan telah mengganti dengan teman-teman yang jauh lebih menyenangkan. Dan pasti.. cinta yang jauh lebih sederhana. :)
Yeah, it's just such the complication as triangle love on friendship.